THE SEVENTH CHRISTMAS: ONESHOOT
THE SEVENTH CHRISTMAS (ONESHOOT)
Title: The Seventh Christmas
Author: Stella Duce Jingga
Genre: Childhood, Romance, Drama
Released Date: 27 December 2011
Repost bc my beloved reader.
Title: The Seventh Christmas
Author: Stella Duce Jingga
Genre: Childhood, Romance, Drama
Released Date: 27 December 2011
Repost bc my beloved reader.
Happy reading!
*****
“ Cukup Polkadot. Berhenti Mempermalukanku !”
Aku terbelalak kaget, seumur hidupku baru kali ini aku melihat Justin semarah itu padaku. Matanya begitu melotot dengan tangannya yang mengepal erat. Jika aku bukan seorang perempuan pasti aku sudah habis ditangannya. Dia melangkah pergi meninggalkanku dibawah Mistletoe ini. Tanpa menoleh sedikitpun. Aku masih tercengang diikuti satu persatu anak – anak yang mulai pergi setelah menyaksikan aksi jahilku ini.
*****
Aku berjalan lesu ke rumahku. Salju menerpa mantel hangatku, eh bukan. Mantel hangat Justin. Dia melepaskan mantel ini saat aku menjahilinya tadi. Ohya, Mengapa di rumah Justin sepi sekali ? Biasanya ada Mom Pattie yang berdiam di depan rumah bersama Jazmyn. Kudekati rumahnya, tidak ada tanda-tanda kehidupan disini. Mungkin mereka didalam, lagian sudah jam makan malam.
Ceklek,
Bau aroma Gorette begitu menyengat. Jadi lapar. Paman sedang memasak makanan favorit Justin itu. Sementara Bibi Jeni hanya melengos mendapati Mantel yang ku kenakan ini. Sangat naas. Penuh dengan lumpur dan tepung.
“Besok Natal, Jace. Kau Mau hadiah apa ?” Tanya Paman.
Aku tertegun. “Tidak usah. Aku hanya ingin merayakannya di Gereja bersama Justin.”
Tiba-tiba Bibi dan Paman berpandangan, aku bingung. Mereka seperti orang idiot saja. Apalah itu ? Aku langsung bergegas menuju kamarku.
*****
Aku benar – benar ingin menangis saat ini. Astaga!
Apa yang kulakukan kemarin. Airmataku turun pelan dari pelipis mataku. Aku memandang ke kaca. Gadis macam apa aku ini ? Aku memeluk erat Boneka Teddy yang diberikan Justin, tujuh tahun yang lalu. Boneka hadiah Natal yang ditempeli sepucuk surat perpisahan. Pagi itu, masih teringat jelas. Keluarga Justin pindahrumah. Aku tak tahu alasannya. Justin pun kelihatan masih marah padaku. Kupikir dia membenciku. Bahkan dia tidak memberitahu kemana dia akan tinggal.
Aku benar – benar menyesal telah menjahili Justin. Sekarang dia tidak bersama ku lagi
Kemana dia ? God.. Aku merindukannya. Dia satu-satunya sahabatku disini.
SKIP
Hari ini aku mengunjungi rumah Justin untuk yang terakhir kalinya. Aku bisa depresi jika tinggal disini terus, aku harus melupakan Justin. Dan segala kenangan manisnya.
“Hay Honeey .. Lama tidak melihatmu.”
Wanita cantik bermata hitam itu memelukku erat. Sementara Ayah hanya tertawa kecil melihat istrinya begitu bahagia
“ Besok Natal. Jace. Kau Mau hadiah Apa ?” Tanya Mommy dengan Senyumnya yang sangat tulus. Pertanyaan itu, membuatku mengingat Justin lagi.
“Tidak usah. Aku hanya ingin merayakannya di Gereja bersama Justin..”
“Justin ?” Seru Ayah dan Mommy bersamaan. Aku hanya kaget. Apa yang harus kukatakan ?
“Tidak. Bukan. Maaf.” Aku berlari ke kamarku.
*****
Gereja ini sangat megah. Pohon Natalnya sangat indah. Ini adalah Natal ke-tujuh yang kurayakan tanpa Justin. Rasanya kemarin dia baru saja pergi. Ah tidak lupakan ! Aku berdiri di Backstage, Mom sibuk berjalan kesana kemari. Dia panitia konser penutupan Natal di Gereja ini. Meski dikeramaian hatiku rasanya sepi sekali. Jemaat yang datang di konser ini melebihi Jemaat disaat misa hari kemarin.
Tentu saja.Ini Puncak Malam Natal. Kata Mommy, ini yang termeriah karena malam natal adalah acara untuk remaja di kota Atlanta ini.
Seorang lelaki berambut Gold Blonde menaiki panggung, mengenakan jaket ungu. Meski dilihat dari belakang menurutku dia sangat tampan dan digilai gadis gadis. Buktinya mereka bersorak histeris,
“ Justin !”
“ Justin !”
“ Justin !”
JUSTIN ?!
Aku terkesiap. Kaget ! Tidak. Mungkin dia Justin yang lain, kuyakin dia bukan Justin Bieber. Justin kecilku dulu ? :’) Mungkin dia sedang merayakan Natal bersama sahabat barunya. Aku tersenyum haru. Mendengar lantunan lagu yang dibawakan penyanyi muda itu dengan petikan gitarnya. Aku sedikit larut hingga tak terasa butiran kerinduan pada Justin menitik perlahan dari mataku, seperti gadis – gadis lain yang heboh dari tadi.
It’s the most beautiful time of the year
Lights fill the streets spreading so much cheer
I should be playing in the winter snow,
But I’mma Under The Mistletoe
I don’t want to miss out on the holiday
But I can’t stop staring at your face
I should be playing in the winter snow
But I’mma be Under The Mistletoe
Penyanyi itu menaruh gitarnya dilantai panggung.
Sesekali melambaikan tangannya. Ku – usap airmataku, Aku menghela nafas. Dia menoleh. Astaga! Mata itu. Tatapannya ? Dia seperti Justin. Mata hazelnya terasa begitu dekat denganku. Namun dia membuang mukanya. Kututup mataku perlahan, aku menangis lagi. Justin aku benar-benar menyesal !
Tak terasa, lagu itu dilantunkan kembali. Penyanyi itu menatapku lagi dalam, aku tersenyum ke arahnya. Astaga ! Dia berjalan kearahku. Tidak, Jangan. Sontak seluruh gadis berteriak histeris, ada yang pingsan bahkan menangis. Mungkin lelaki ini benar – benar famous. Aku terlalu lama mengurung diri dikamar, sehingga ketinggalan berita infotainment.
But I’mma be under the mistletoe
With you,
shawty with you
With you,
shawty with you
With you,
shawty with you
Everyone’s gathering around the fire
Chestnus roasting like a hot July
I should be chillin’ with my folks,
I know But I’ma under the mistletoe
Word on the street santa’s coming tonight,
Reindeer’s flying in the sky so high
I should be making a list
I know But I’mma be under the mistletoe
With you, shawty with you With you,
shawty with you With you
under the mistletoe With you, s
hawty with you With you, shawty with you
With you under the mistletoe
Dia menarikku ke dalam tangannya dan mengajakku naik ke panggung. Senyumannya benar – benar mirip dengan Justin. Ah. Masih terdengar teriakan para fans – nya yang bergaung memecah heningnya malam.
Eh, love, the wise men followed the star
The Way I follow my heart
And it let me to a miracle
Eh, love, don’t you buy me nothing
I am feeling one thing, Your lips on my lips That’s ⋯
“ Ouuwww .. “ Suara penyesalan terdengar begitu keras. Kurasakan hembusan nafas hangat menerpa wajahku. Mataku masih tidak percaya melihat cowok ini. Dia melepaskan ciumannya dan kembali bernyanyi. Di gandengnya tanganku erat. Kami melangkah dibawah Mistletoe.
It’s the most beautiful time of the year
Lights fill the streets spreading so much cheer
I should be playing in the winter snow,
But I’mma Under The Mistletoe
I don’t want to miss out on the holiday
But I can’t stop staring at your face
I should be playing in the winter snow
But I’mma be Under The Mistletoe
With you, shawty with you With you,
shawty with you With you
under the mistletoe With you,
shawty with you With you, shawty with you With you
under the mistletoe
Kiss me underneath the mistletoe
Snow me baby that you love me
So – oh – oh Oh, oh, oh
Kiss me underneath the mistletoe
Snow me baby that you love me
So – oh – oh Oh, oh, oh
Perlahan dia membawaku kedalam pelukan mautnya, kemudian dengan pasti dia membuatku menutup mata dan merasakan sentuhan manis dari bibirnya. Tuhan, mengapa aku tak berkutik. Kusadari airmataku menetes. Pria ini benar-benar mengingatkanku pada Justin.
“Mengapa menangis Polkadot ?”
Aku kaget, Polkadot ?? Hanya Justin yang memanggilku begitu.
“Kau terkesima ?” Tidak. Dia mendekat ke mukaku tiba – tiba dia menunjukkan wajah marahnya. Benar – benar seperti tatapan mata Justin. Tatapan ini sama seperti mata hazel penuh dendam yang meninggalkanku di bawah Mistletoe itu.
“ Hey ! Jangan pergi !”
Ucapku seraya menggenggam tangannya erat. Dia meninggalkanku perlahan dibawah Mistletoe ini.
“ Apa – apaan kau menciumku ?” Bentakku. “ Apa ? Kau mau menjahiliku lagi. Ha ?”
Aku menangis. Tidak perduli masih banyak orang yang menyaksikan kami berdua. Dia memelukku erat. Aku semakin yakin ini Justin kecilku.
“ Polkadot.”
“ Jaceline ! Itu namaku.” Bentakku padanya.
“ No, Kau bukan Jaceline lagi.”
Aku hampir menangis lagi. Dia kelihatan marah dan seperti akan meninggalkanku. Dia melangkah pergi. Kututup wajahku dengan tanganku dan tersedu diatas panggung.
“Don’t cry. Kau bukan Jaceline lagi. You are Mrs.Bieber.”
Astaga! Saat ku membuka mata, dia sudah berlutut dihadapanku dan membukakan sekotak cincin. Aku .. aku luluh. Aku ambruk dipelukannya.
“ Will you marry me ?”
“Of course. Dengan senang hati.”
Syyyuuuutt … Syyuuuut ..
Kembang api dinyalakan. Astaga! Ini kejutan besar. Mom dan Daddy Nampak tersenyum bahagia didepan kami berdua. Kuyakin mereka yang merencanakannya.
“ Merry Xmas Jaceline !” Ucap Justin seraya membawaku ke ciuman hangatnya.
Credit me on twitter @stelldc xx thanks for reading.
0 comments: