JENIS KATA DAN KLASIFIKASINYA
JENIS KATA DAN KLASIFIKASINYA
MATERI BAHASA INDONESIA KURIKULUM 2013 SEMESTER GANJIL
2013/2014
SMK TELEKOMUNIKASI TUNAS HARAPAN
KAB. SEMARANG
JENIS KATA
Credit me on twitter/ig @stelldc xx
MATERI BAHASA INDONESIA KURIKULUM 2013 SEMESTER GANJIL
2013/2014
SMK TELEKOMUNIKASI TUNAS HARAPAN
KAB. SEMARANG
JENIS KATA
A. Kata
Benda atau Nomina
Kata
benda adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan.
Kata
benda menurut wujudnya, dibagi atas :
1. Kata
benda konkret
Kata
benda konkret adalah nama dari benda-benda yang dapat ditangkap panca
indera, dibagi alas:
a. Nama
diri
b. Nama
zat dan lain sebagainya.
2. Kata
benda abstrak
Kata
benda abstrak adalah nama-nama benda yang tidak dapat ditangkap
dengan panca indera.
Untuk
menentukan apakah suatu kata masuk dalam kategori kata benda atau
tidak, kita menggunakan dua prosedur:
1. Melihat
dari segi bentuk sebagai prosedur pencalonan
2. Melihat
dari segi kelompok kata ( frasa), sebagai prosedur penentuan
a) BENTUK
Segala
kata yang mengandung morfem terikat ( imbuhan ) : ke-an, pe-an, ke-,
dicalonkan sebagai kata benda.
Contoh: perumahan,
kecantikan, pelari, kehendak dan lain-lain.
Tetapi
di samping itu ada sejumlah besar kata yang tidak dapat ditentukan
masuk kata benda berdasarkan bentuknya, walaupun diketahui bahwa itu
adalah kata benda.
Contoh: meja,
kursi, pohon, dan lain-lain
b) KELOMPOK
KATA
Kedua
macam kata benda itu (baik yang berimbuhan maupun yang tidak
berimbuhan) dapat mengandung suatu ciri struktural yang sama yaitu
dapat diperluas dengan yang + Kata Sifat
Contoh:
perumahan yang baru
pelari
yang cepat
kehendak
yang baik
meja
yang bagus
pohon
yang tua
c) TRANSPOSISI
Suatu
kata yang asalnya dari suatu jenis kata, dapat dipindahkan jenisnya
ke jenis lain. Pemindahan itu terjadi karena menambahkan imbuhan atau
partikel. Kata ajar,
sebenarnya kata kerja, jika ditambahkan afiks pe-, maka dapat
ditransposisikan menjadi kata benda: pelajar.
Sebaliknya
ada kata benda yang dapat ditransposisikan menjadi kata kerja,
misalnya kopi menjadi mengopi.
d) SUB-GOLONGAN
KATA BENDA
Karena
kata ganti adalah kata yang menduduki tempat kata benda dalam
hubungannya atau posisi tertentu, serta strukturnya sama dengan kata
benda, maka kata ganti dimasukan dalam jenis kata benda dan
diperlakukan sebagai sub-golongan dari kata benda.
Melalui
substitusi, kata ganti menduduki segala macam fungsi yang dapat
diduduki oleh kata benda.
Contoh: Fitra pergi
ke kampus Ia pergi
ke kampus
Dosen
mengajar Fitra Dosen
mengajarnya
B. Kata
Kerja atau Verba
Kata
kerja adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau perilaku.
Berdasarkan
pelengkapnya, kata kerja terbagi atas :
1. Kata
kerja transitif: kata kerja yang menghendaki adanya suatu pelengkap.
Contoh: memukul,
menangkap, melihat dan sebagainya
2. Kata
kerja intransitif: kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap.
Contoh: menangis,
meninggal, berjalan dan sebagainya
Untuk
menentukan apakah suatu kata masuk kata benda atau tidak, dengan cara
mengikuti kedua prosedur di atas.
a) BENTUK
Segala
kata yang berimbuhan: me-, ber-, -kan, di-, -i dapat
dicalonkan menjadi kata kerja.
b) KELOMPOK
KATA
Segala
macam kata tersebut di atas dalam segi kelompok kata mempunyai
kesamaan struktur yaitu dapat diperluas dengan kelompok kata dengan +
Kata Sifat.
Contoh:
Ia
berbicara dengan keras
Anak
itu menari dengan gemulai
c) TRANSPOSISI
Kata
kerja dapat dipindah jenisnya ke jenis kata lain dengan pertolongan
morfem terikat, misalnya menari menjadi penari,
tarian;membaca menjadi pembaca, bacaan,
dan lain-lain. Begitu pula sebaliknya, kata benda atau kata sifat
dapat ditransposisikan menjadi kata kerja,
misalnya pendek menjadi memendekkan,
turun menjadimenurunkan dan sebagainya.
C. Kata
Sifat atau Adjektifa
Menurut
Aristoteles, kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal
keadaan sari sesuatu benda, misal tinggi,
rendah, lama, baru dan
sebagainya.
Untuk
menentukan apakah suatu kata masuk kata benda atau tidak, dengan cara
mengikuti kedua prosedur di atas.
a) BENTUK
Dari
segi bentuk segala kata sifat dalam bahasa Indonesia bisa mengambil
bentuk: se
+ reduplikasi kata dasar + nya
Contoh:
se-tinggi-tinggi-nya
se-cepat-cepat-nya
se-baik-baik-nya
b) KELOMPOK
KATA
Dari
segi kelompok kata, kata-kata sifat dapat diterangkan olek
kata-kata: paling, lebih, sekali.
Contoh: paling besar, lebih besar,
besar sekali
paling cepat, lebih cepat,
cepat sekali
paling baik, lebih baik,
baik sekali
c) TRANSPOSISI
Semua
kata yang tergolong kata sifat dapat berpindah jenis kata dengan
bantuan morfem-morfem terikat: pe-,
ke-an, me-, -kan dan
sebagainya.
Contoh: pembesar,
membesarkan, perbesar, pembesaran, kebesaran dan lain-lain
d) SUB-GOLONGAN
Kata-kata
bilangan berdasarkan sifatnya dapat digolongkan dalam kata sifat
sebagai sub-golongan karena merupakan kelompok dengan ciri-ciri
tersendiri tapi karena secara substitusional dapat menduduki
tugas-tugas dari kata sifat.
D. Kata
Ganti atau Pronomina
Yang
termasuk jenis kata ini adalah segala kata yang dipakai untuk
menggantikan kata benda atau yang dibendakan.
Kata
ganti menurut sifat dan fungsinya dapat dibedakan atas:
1. Kata
Ganti Orang (Pronomina Personalia)
a. Orang
I
1) Tunggal
: aku
untuk
menyatakan kerendahan diri: hamba, sahaya, patik, abdi
untuk
mengungkapkan sesuatu suasana yang agung: kami (pluralis
majestatis)
2) Jamak
: kami, kita
b. Orang
II
1) Tunggal
: engkau,
kamu
paduka,
tuan, Yang Mulia, saudara, ibu, bapakdan
lain-lain
2) Jamak
: kamu
c. Orang
III
1) Tunggal
: dia,
beliau
Untuk
orang yang sudah meninggal: mendiang, almarhum atau
almarhumah
2) Jamak
: mereka
2. Kata
Ganti Empunya (Pronomina Possessiva)
Adalah
segala kata yang menggantikan kata ganti orang dalam kedudukan
sebagai pemilik: -ku, -mu, -nya, kami, kamu, mereka.
Dalam
fungsinya sebagai pemilik, kata-kata ini mengambil bentuk ringkas dan
dirangkaikan saja di belakang kata yang diterangkan (disebut sebagai
bentuk enklitis).
Contoh:
pensilku = pensil aku
pensilmu
= pensil kamu
apabila
bentuk ringkas itu dirangkaikan di depan sebuah kata,
disebut proklitis.
Contoh: kupinjam,
kaupinjam
3. Kata
Ganti Penunjuk (Pronomina Demonstrativa)
Adalah
kata yang menunjuk di mana terdapat sesuatu benda. Ada tiga macam
kata ganti penunjuk:
a. Menunjuk
sesuatu di tempat pembicara :
ini
b. Menunjuk
sesuatu di tempat lawan bicara :
itu
c. Menunjuk
sesuatu di tempat orang ketiga :
di sana
4. Kata
Ganti Penghubung (Pronomina Relativa)
Adalah
kata yang menghubungkan anak kalimat dengan suatu kata benda yang
terdapat dalam induk kalimat. Jadi fungsi kata penghubung adalah:
a. Menggantikan
kata benda yang terdapat dalam induk kalimat
b. Menghubungkan
anak kalimat dengan induk kalimat.
5. Kata
Ganti Penanya (Pronomina Innterrogativa)
Adalah
kata yang menanyakan tentang benda, orang atau suatu keadaan. Kata
ganti penanya dalam bahasa Indonesia yaitu:
a. Apa :
untuk menanyakan benda
b. Siapa :
(si + apa) untuk menanyakan orang
c. Mana :
untuk menanyakan pilihan seseorang atau beberapa hal barang.
Kata
ganti penanya tersebut dapat dipakai lagi dengan bermacam-macam
penggabungan dengan kata depan
Contoh:
dengan
apa dengan
siapa dari
mana
untuk
apa untuk
siapa ke
mana
buat
apa kepada
siapa dan
lain-lain
Selain
dari kata-kata itu ada pula kata ganti penanya yang lain yang bukan
menanyakan orang atau benda tetapi menanyakan keadaan, perihal dan
sebagainya:
mengapa bilamana betapa
berapa kenapa bagaimana
6. Kata
Ganti Tak Tentu (Pronomina Indeterminativa)
Adalah
kata yang menggantikan atau menunjukkan benda atau orang dalam
keadaan yang tidak tentu atau umum.
Contoh:
masing-masing siapa-siapa seseorang
sesuatu barang para
salah
(salah satu…)
E. Kata
Keterangan atau Adverbia
Kata
keterangan oleh tata bahasa tradisional ditempatkan sebagai satu
jenis kata.kekurangan atau kelemahan dari dasar-dasar yang digunakan
untuk menentukan jenis kata. Kata keterangan tidak lain adalah suatu
kata atau kelompok kata yang menduduki suatu fungsi tertentu, yaitu
fungsi untuk menerangkan kata kerja, kata sifat, kata keterangan yang
masing-masingnya menduduki pula suatu jabatan atau fungsi dalam
kalimat.
Tata
bahasa tradisional, akan tampak bahwa dalam beberapa hal akan timbul
kekacauan atau kekaburan, sebab ada kata yang sudah kita
golongkan sebagai kata keterangan nanti akan dimasukkan
lagi dalam kata depan, atau bagian dari kata keterangan itu
sebenarnya adalah kata sifat dan sebagainya.kata keterangan secara
tradisonal dapat dibagi-bagi lagi atas beberapa macam berdasarkan
artinya atau lebih baik berdasarkan fungsinya dalam kalimat.
1. KATA
KETERANGAN KUALITATIF
Adalah
kata keterangan yang menerangkan atau menjelaskan suasana atau
situasi dari suatu perbuatan.
Biasanya
kata keterangan ini dinyatakan dengan mempergunakan kata depan dengan
+ kata sifat.jadi sudah tampak di sini bahwa kata keterangan itu
bukan merupakan suatu jenis kata tetapi adalah suatu fungsi atau
jabatan dari suatu kata atau kelompok kata dalam sebuah kalimat.
Contoh:
ia berjalan perlahan-lahan
Ia
menyanyi dengan nyaring
2. KATA
KETERANGAN WAKTU
Adalah
kata keterangan yang menunjukkan atau menjelaskan berlangsungnya
suatu peristiwa dalam suatu biadang
waktu:sekarang,nanti,kemarin,kemudian, sesudah itu, lusa, sebelum,
minggu depan, bulan depan, dan lain-lain.
Kata-kata
seperti :
Sudah,
setelah, sekarang, nanti, kemarin, kemudian, minggu depan dan
lain-lain
3. KATA
KETERANGAN TEMPAT
Segala
macam kata ini memberi penjelasan atas berlangsungnya suatu peristiwa
atau perbuatan dalam suatu ruang, seperti:di sini, di
situ, di sana, ke mari,ke sana, di rumah, di bandung, dari
Jakarta dan sebagainya.
Dari
contoh-contoh di atas yang secara konvensional dianggap kata
keterangan tempat, jelas tampak bahwa golongan kata ini pun bukan
suatu jenis kata, tetapi merupakan suatu kelompok kata yang menduduki
suatu fungsi tertentu dalam kalimat. Keterangan
tempat yang dimaksudkan dalam tata bahasa-tata bahasa lama terdiri
dari dua bagian yaitu kata depan (di, ke, dalam ) dan kata benda atau
kata ganti petunjuk.
4. KATA
KETERANGAN KECARAAN
Adalah
kata-kata yang menjelaskan suatu peristiwa karena tanggapan si
pembicara atas berlangsungnya peristiwa tersebut. Dalam hal ini
subjektivitas lebih ditonjolkan. Keterangan ini menunjukkan sikap
pembicara, bagaimana cara ia melihat persoalan tersebut. Pertanyaan
sikap pembicara atau tanggapan pembicara atas berlangsungnya
peristiwa tersebut dapat berupa:
a. Kepastian :
memang, niscaya, pasti, sungguh, tentu, tidak, bukanya, bukan.
b. Pengakuan :
ya, benar, betul, malahan, sebenarnya.
c. Kesangsian :
agaknya, barangkali, entah, mungkin, rasanya.
d. Keinginan :
moga-moga, mudah-mudahan.
e. Ajakan :
baik, mari, hendaknya, kiranya.
f. Larangan :
jangan.
g. Keheranan :
masakan, mustahil, mana boleh.
5. KATA
KETERANGAN ASPEK
Keterangan
aspek menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa secara objektif,
bahwa suatu peristiwa terjadi dengan sendirinya tanpa suatu pengaruh
atau pandangan dari pembicara. Keterangan aspek dapat dibagi-bagi
lagi atas bermacam-macam:
a. Aspek
inkoatif :
menunjukan suatu peristiwa pada proses permulaan
berlangsungnya : saya
pun berangkatlah.
b. Aspaek
duratif :
adalah keterangan aspek yang menunjukan bahwa suatu peristiwa tengah
berlangsung:sedang,
sementara.
c. Aspek
perfektif : adalah
keterangan aspek yang menyatakan bahwa suatu peristiwa telah mencapai
titik penyelesaiannya: sudah,
telah.
d. Aspek
momental : menyatakan suatu peristiwa
terjadi pada suatu saat yang pendek.
e. Aspek
repetitif :
menyatakan bahwa suatu perbuatan terjadi berulang-ulang.
f. Aspek
frekuentatif : menunjukan bahwa suatu peristiwa
sering terjadi.
g. Aspek
habituatif : menyatakan bahwa perbuatan
itu terjadi karena suatu kebiasaan.
6. KATA
KETERANGAN DERAJAT
Adalah
keterangan yang menjelaskan derajat berlangsungnya suatu peristiwa
atau jumlah dan banyaknya suatu tindakan dikerjakan:amat hampir,
kira-kira, sedikit, cukup, hanya, satu kali, dua kali, dan
seterusnya.
7. KATA
KETERANGAN ALAT
Adalah
keterangan yang menjelaskan dengan alat manakah suatu prose situ
berlangsung. Keterangan semacam ini biasanya dinyatakan oleh
kata dengan + kata benda.
Contoh
: ia memukul anjing itu dengan tongkat.
Anak
itu menjolok buah dengan galah, dan sebagainya.
8. KETERANGAN
KESERTAAN
Adalah
keterangan yang menyatakan pengikut-sertaan seseorang dalan suatu
perbuataan atau tindakan:
Saya
pergi ke pasar bersama ibu.
9. KETERANGAN
SYARAT
Adalah
keterangan yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah
syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhinya: jikalau,
seandainya, jika, dan sebagainya.
10. KETERANGAN PERLAWANAN
Adalah
keterangan yang membantah sesuatu peristiwa yang telah diperkatakan
terlebih dahulu. Keterangan ini biasanya didahului oleh
kata-kata: meskipun, sungguhpun, biarpun, biar, meski, jika.
11. KETERANGAN
SEBAB
Adalah
keterangan yang memberi keterangan mengapa sesuatu peristiwa telah
berlangsung. Kata-kata yang menunjukkan keterangan sebab
adalah: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab, oleh karena
itu, oleh karenanya, dan sebagainya.
12. KETERANGAN
AKIBAT
Adalah
keterangan yang menjelaskan akibat yang terjadi karena suatu
peristiwa atau perbuatan. Akibat adalah hasil dari suatu
perbuatan yang tidak diharapkan atau yang tidak dengan sengaja
dicapai, tetapi terjadi dalam hubungan sebab-akibat.
Keterangan ini biasanya didahului oleh kata-kata : sehingga
,oeh karena itu, oleh sebab itu, dan lain sebagainya.
13. KETERANGAN
TUJUAN
Adalah
keterangan yang menerangkan hasil atau tujuan dari Sesuatu proses.
Tujuan itu pada hakekatnya adalah suatu akibat, tetapi akibat yang
sengaja dicapai atau memeng dikehendaki demikian. Kata-kata yang
menyatakan keterangan tujuan adalah: supaya, agar, agar
supaya, hendak, untuk, guna, buat.
14. KETERANGAN
PERBANDINGAN
Adalah
keterangan yang menjelaskan sesuatu perbuatan dengan mengadakan
perbandingan keadaan suatu proses denagn proses yang lain, suatu
keadaan denagn keadaan yang lain: kata-kata yang di pakai untuk
menyatakan perbandingan itu adalah: sebagai, seperti,
seakan-akan, laksana, umpama, bagaimana.
15. KETERANGAN
PERWATASAN
Adalah
keterangan yang memberi penjelasan dalam hal-hal mana saja suatu
proses berlangsung, dan yang mana tidak: kecuali, hanya.
F. Kata
Bilangan atau Numeralia
Kata
bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau jumlah
kumpulan atau urutan tempat dari nama-nama benda.
Menurut
sifatnya kata bilangan dapat dibagi atas:
1. Kata
bilangan utama (numeralia cardinalia):satu,
dua, tiga, empat, seratus, seribu,dan
sebagainya.
2. Kata
bilangan tingkat (numeralia ordinalia):pertama,
kedua, ketiga, kelima, kesepuluh, keseratus, dan
sebagainya.
3. Kata
bilangan tak tentu:beberapa,
segala, semua, tiap-tiap dan
sebagainya
4. Kata
bilangan kumpulan:kedua,
kesepuluh, dan
sebagainya.
Penggunaan
kata bilangan adalah sebagai berikut:
1. Angka
dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi.
a. Angka
digunakan untuk menyatakan:
b. Ukuran
panjang, berat, luas, dan isi,
c. Satuan
waktu,
d. Nilai
uang, dan
e. Kuantitas
.
2. Angka
lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau
kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan
tanah abang 1 No. 15 Hotel Indonesia, Kamar 169
3. Angka
digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab
X,Pasal 5, halaman 252, Surah Yasin:9
4. Penulisan
lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
Bilangan
utuh : dua ratus dua puluh dua (222)
Bilangan
pecahan: seperdelapan ( ),
dua per lima ( )
5. Penulisan
lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
Paku
buwono X; dalam kehidupan pada abad ke-20 ini; lihat bab //, Pasal 5;
dalam bab ke-2 buku itu; di tingkat kedua gedung itu; di tingkat ke-2
itu; kantor di tingkat //.
6. Penulisan
lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti
cara yang berikut.
(
lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, ayat 5).
7. Lambang
bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata dituis
dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan
dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya
:
Amir
menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah
memesan tiga ratus ekor ayam.
8. Lambang
bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susuna
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya
:
Lima
belas orang
tewas dalam kecelakaan itu.
Pak
Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan
:
15 orang
tewas dalam kecelakaan itu.
Dua
ratus lima puluh orang
tamu diundang Pak Darmo
9. Angka
yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagaian
supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya
:
Perusahaan
itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk
indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang
10. Bilangan
tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya
:
Kantor
kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Bukan
:
Kantor
kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
11. Jika
bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisanya harys
tepat.
Misalnya
:
Saya
lampirkan tanda terima uang sebesar Rp.999,75(sembilan ratus
sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah)
Kata
bantu bilangan dalam menyebut berapa jumlahnya suatu
barang, dalam bahasa Indonesia tidak saja dipakai kata bilangan,
tetapi selalu dipakai suatu kata yang menerangkan sifat atau macam
barang itu. Kata-kata semacam itu disebut kata bantu bilangan.
G.
Kata Sambung atau Conjunctio
Kata
sambung adalah kata yang menghubungkan kata-kata. Bagian-bagian
kalimat atau menghubungkan kalimat-kalimat itu dapat berlangsung
dengan berbagai cara:
1. Menyatakan
gabungan: dan, lagi pula, serta.
2. Menyatakan
pertentangan: tetapi, akan tetapi, melainkan.
3. Menyatakan
waktu: apabila, ketika, bila, bilamana, demi, sambil, sebelum,
sedang, sejak, selama, semenjak, sementara, seraya, setelah, sesudah,
tatkala, waktu.
4. Menyatakan
tujuan: supaya, agar supaya dan lain-lain.
5. Menyatakan
sebab: sebab, karena, karena itu, sebab itu.
6. Menyatakan
akibat: sehingga, sampai.
7. Menyatakan
syarat: jika, andaikan, asal, asalkan, jikalau, sekiranya,
seandainya.
8. Menyatakan
pilihan: atau……atau….., …… maupun, baik……baik……,
entah…… entah……
9. Menyatakan
bandingan: seperti, bagai, bagaikan, seakan-akan.
10. Menyatakan
tingkat: semakin, …….semakin, kian…… kian…….,
bertanbah……bertambah ……..
11. Menyatakan
perlawanan: meskipun, biarpun, dan lain-lain.
12. Pengantar
kalimat: maka, adapun, akan. Dalam kesusastraan lama kita mengenal
pula kata-kata pengatar kalimat seperti: bahwasanya,
sebermula, syahdan, hatta, arkiran, kalakian, sekali peristiwa.
13. Menyatakan
penjelas: yakni, umpama, yaitu.
14. Sebagai
penetap sesuatu: bahwa.
Segala
macam kata sambung yang menghubungkan atau menerangkan kalimat secara
jelas, disebut menerangkan secara eksplisit. Tetapi di samping itu
sifat hubungan itu dapat berlangsung tanpa memakai satu kata sambung
pun. Maknanya harus ditafsir atau diturunkan berdasarkan hubungan
kalimat. Keteranganya yang tidak mempergunakan alat-alat bahasa ini
bersifat implisit, misalnya:
Ia
datang, saya berangkat.
Dalam
kalimat diatas secara implisit terkandung keterangan waktu.
Keterangan
waktu yang tersembunyi itu secara eksplisit dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Ketika
ia datang, saya berangkat, atau
Ia
datang, ketika saya berangkat.
Suatu
hubungan yang dinyatakan secara implisit dapat ditafsirkan
bermacam-macam; tergantung dari pandangan tiap pendengar atau
pembaca.
H. Kata
Depan (Prepositio)
Kata
depan menurut definisi tradisional, adalah kata yang merangkaikan
kata – kata atau bagian kalimat.
Kata
- kata depan yang terpenting dalam bahasa Indonesia adalah :
1. DI,
KE, DARI : Ketiga macam kata depan ini dipergunakan untuk
merangkaikan kat – kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang
dianggap tempat:
Di
Jakarta, di rumah, ke rumah, dari sawah, dari sekolah, dan lain -
lain.
2. Bagi
kata – kata yang menyatakan orang, nama orang atau nama binatang,
nama waktu atau kiasan dipergunkan kata pada untuk
menggantikan di,
atau kata – kata depan lain digabungkan denganpada misanya:
daripada, kepada.
Pada
suatu hari pada
bapak
Pada
hari sabtu pada
senin
Pada
kami kepada
teman – teman
3. Selain
dari pada itu ada kata – kata depan yang lain, baik berupa gabungan
maupun tunggal seperti: di
mana, di sini, di situ, akan,oleh, dalam, atas, demi, guna, buat,
berkat, terhadap, antara, tentang, hingga, dan lain – lain.
Di
samping itu ada beberapa kata kerja yang dipakai pula sebagai kata
depan, yaitu : menurut,
menghadap, mendapatkan, melalui, menuju, menjelang,
sampai.
Ada
beberapa kata depan, yang menduduki bermacam – macam fungsi yang
istimewa. Oleh sebab itu perlu kita perhatikan secara istimewa,
antara lain:
a. AKAN
: Kata Depan akandapat
menduduki beberapa fungsi:
- Pengantar
objek: ia tidak
tau akan hal itu.
Ku
lupa akan semua kejadian itu.
-
Untuk menyatakan future: saya akan
pergi ke Surabaya.
Kakek
akan tiba hari ini.
- Untuk
penguat atau penekan, dalam hal ini dapat berfungsi sebagi penentu:
akan hal itu perlu kita perundingkan kelak.
b. DENGAN
: Kata Depan dengan dapat
menduduki beberapa macam fungsi, misalnya:
- Untuk
menyatakan alat (instrumental):
Ia
memukul anjing dengan tongkat.
Adik
makan dengan sendok.
- Menyatakan
hubungan kesertaan (komitatif):
Ia
kepasar dengan ibunya.
- Membentuk
adverbial kualitatif:
Perkara
itu diselidiki dengan cermat.
- Dipakai
untuk menyatakan keterangan komparatif:
Adik
sama tinggi dengan Adi.
c. ATAS
: arti dan fungsinya:
-
Membentuk keterangan tempat, dalam hal ini sama artinya dengan di
atas.
Kami
menerima tanggung jawab itu di atas pundak kami.
- Menghubungkan
kata benda atau kata kerja dengan keterangan:
Kami
mengucapkan terima kasih atas kerelaan saudara.
Kami
menyesal atas sekalian tindak tanduknya.
- Dipakai
di depan beberapa kata dengan arti : dengan ataudemi. Misalnya:
Atas
nama atas
kehendak atas
perintah
Atas
desakan atas kematian dan sebagainya
d.
ANTARA : arti dan fungsinya:
- Sebagai
penunjuk arah :
Jarak
antara jogja dan solo.
- Sebagai
penunjuk tempat: dalam hal ini sama artinya dengan di
antara :
Antara
murid – murid itu mana yang terpandai?
- Dapat
pula berarti kira – kira:
Antara
lima jam lalu ia meninggalkan tempat ini.
I. Kata
Sandang atau Articula
Kata
sandang itu tidak mengandung suatu arti tetapi mempunyai fungsi.
Dalam bagian mengenai kata ganti penghubung sudah
dibicarkan pula tentangyang, yang pada mulanya hanya
mengandung fungi penentu.
Itulah
fungsi pertama dari kata – kata sandang.
Adapun
fungsi kata sangdang seluruhnya dapat disusun sebagai berikut:
- Menentukan kata benda
- Mensubstansifkan sutu kata :yang besar, yang jangkung, dan lain – lain.
Kata
– kata sandang yang umum dalam bahasa Indonesia adalah: yang,
itu, nya, si, sang, hang, dang. Kata
– kata sang,
hang, dang banyak
ditemui dalam kesusastraan lama, sekarang kurang digunakan lagi,
kecualisang, yang
kadang – kadang digunakan untuk mengagungkan dan terkadang untuk
menyatakan ejekan atau ironi.
J.
Kata Seru atau Interjectio
Kata
seru dianggap sebagai kata paling tua dalam kehidupan bahasa. Umat
manusia tidak sekaligus mengenal sistim bahasa sebagai yang kita
kenal sekarang. Dari aal mula perkembangan umat manusia sedikit demi
sedikit diciptakan sistim – sistim bunyi untuk komunikasi antar
anggota masyarakat. Dan bentuk yang paling tua diciptakan untuk
mengadakan hubungan atau komunikasi itu adalah kata seru.
Oleh
semua tatabahasa tradisional, kata seru diklasifikasikan sebagai
suatu jenis kata. Bila melihat wujud dan fungsinya, maka tidak dapat
diterima ketetapan itu, walaupun harus diakui dengan melihat saja
bentuknya kita dapat tertipu karenanya. Interjeksi sekaligus
mengungkapkan semua perasaan dan maksud seseorang. Berarti interjeksi
itu sudah termasuk dalam bidang sintaksis. Atau dengan kata lain apa
yang dinamakan kata seru itu, bukanlah kata tetapi semacam kalimat.
Bermacam
– macam interjeksi yang dikenal hingga sekarang adalah:
a.
Interjeksi asli: yah, wah, ah, hai,o, oh, cis, cih, nah, he dll.
b.
Interjeksi yang berasal dari kata – kata biasa : yang dimaksud
dengan interjeksi ini adalah kata – kata benda atau kata –
kata lain yang digunakan atau biasa digunakan kata seru: celaka,
masa, kasihan, bangsat dan lain – lain.
c.
Interjeksi yang berasal dari ungkapan – ungkapan, baik dari
ungkapan Indonesia asli maupun dari ungkapan asing, misalnya: ya
ampun, demi Allah, Insya Allah, Alhamdulillahi robbilalaminn,
astagfirullah.
K. Kata
Tugas
Kata
yang oleh Tatabahasa Tradisional disebut kata depan dan kata
sambung (atau kata penghubung) dimasukkan dalam kata tugas.
1. Bentuk
Dari
segi bentuk umumnya kata-kata tugas sukar sekali mengalami perubahan
bentuk. Kata-kata seperti dengan, telah, dan, tetapi, dan
sebagainya tidak bias mengalami perubahan. Tetapi di samping itu ada
segolongan kata yang jumlahnya sangat terbatas, walaupun termasuk
kata tugas, dapat mengalami perubahan bentuk, misalnya tidak,
susah, dapat berubah menjadi menidakkan,
menyudahkan.
2. Kelompok
kata
Dari
segi kelompok kata, kata-kata tugas hanya memiliki tugas untuk
memperluas atau mengadakan transformasi kalimat. Kata-kata tugas
tidak bias menduduki fungsi-fungsi pokok dalam sebuah kalimat,
seperti subyek, predikat, obyek.
Jadi
melihat uraian di atas kita dapat membagi kata-kata tugas atas dua
macam:
a. Kata-kata
tugas yang monovalen (yang bernilai satu) yaitu semata-mata bertugas
untuk memperluas kalimat,misalnya dan,
tetapi, sesudah, di, ke, dari, dan
sebagainya.
b. Kata-kata
tugas yang ambivalen (bernilai dua) yaitu di samping berfungsi
sebagai kata tugas yang moovalen, dapat juga bertindak sebai jenis
kata lain, baik dalam membentuk suatu kalimat minim maupun dalam
merubah bentuknya, misalnya sudah,
tidak, dan
lain-lain.
Jadi,
fungsi kata tugas adalah merubah kalimat yang minim menjadi kalimat
transformasi.
3. Partikel kah,
tah, lah, pun
Bentuk-bentuk kah,
tah, lah, pun oleh hamper semua Tatabahasa Indonesia
dimasukkan dalam kategori akhiran. Kekeliruan itu terjadi karena
pengaruh masalah ejaan, yang oleh ejaan Suwandi dirangkaiakan dengan
kata sebelumnya. Keempat bentuk itu seharusnya adalah partikel
penentu atau pengeras. Partike adalah semacam kata tugas yang
mempunyai bentuk khusus yaitu sangat ringkas atau kecil, dengan
mempunyai fungsi-fungsi tertentu.
Perbedaan
antara partikel dan sufiks (juga semua afiks) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Partikel
tidak memindahkan jenis kata (kelas kata) dari kata-kata yang
diikutinya; sebaliknya sufiks (juga semua afiks) memindahkan kelas
kata dari kata yang diikutinya. Misalnya:
Pergilah! (pergi tetap
kata kerja)
Ayahlah yang
berhak! (ayah tetap
kata benda)
b. Kata-kata
yang diikuti oleh sebuah partikel bias bermacam-macam jenis katanya,
dan tetap mempertahankan jenis katanya; sebaliknya sufiks (juga semua
afiks) mengelompokkan bermacam-macam jenis kata itu menjadi satu
jenis kata yang sama.
Siapakah
dia? (tetap
kata ganti tanya)
Di
manakah barang itu? (tetap
kata tanya)
Besarkan
api itu! (kata
kerja dan kata sifat)
Lemparkan
tombak itu! (kata
kerja dan kata kerja)
c. Bidang
gerak partikel adalah sintaksis (termasuk frasa dan klausa);
sebaliknya sufiks (juga semua afiks) bergerak dalam bidang morfologi.
Fungsi
dan makna partikel-partikel tersebut di atas dapat diperinci sehingga
sebagai berikut:
a. Partikel kah
Fungsi
partikel kah:
1) Memberi
tekanan dalam pertanyaan; kata yang dihubugkan dengan kah itu
dipentingkan.
Contoh:
Sawah atau ladangkah yang digarapnya?
Bermalas-malas
atau berjalankah dia?
2) Dapat
dipakai pula untuk menyatakan hal yang tak tentu; sebenarnya hal itu
merupakan pertanyaan juga, tetapi pertanyaan yang tidak langsung.
Contoh:
Datangkah atau tidakkah, kami tidak tahu.
Terserahlah
padamu; tinggalkah atau berangkat kami tidak ingin mempengaruhi
saudara.
b. Partikel tah
Fungsi
partikel tah ini sama dengan kah, tetapi
lebih terbatas pemakaiannya hanya pada kata tanya saja: apatah,
manatah, siapatah. Bentuk-betuk ini lebih sering dijumpai
dalam Melayu Lama. Dewasa ini kurang dipakai. Makna pertanyaan dengan
mempergunakan partikel tah adalah meragukan atau kurang
tentu.
c. Partikel lah
Fungsi
partikel lah adalah
1) Mengeraskan
gatra perbuatan, baik dalam kalimat berita, kalimat perintah, maupun
dalam permintaan atau harapan, misalnya:
Bacalah
dengan nyaring!
Datanglah
ke sini pukul lima!
Mudah-mudahan
terhindarlah mereka dari bencana itu!
2) Mengeraskan
suatu gatra keterangan, misalnya:
Tiadalah
aku mau diperlakukan seperti itu.
Apa
pun yang akan terjadi, pastilah aku akan datang ke sana.
3) Menekankan
gatra pangkal; dalam hal ini biasanya ditambah dengan
partikel yang, misalnya:
Kamulah
yang harus bertanggungjawab.
Engkaulah
yang harus menjadi tulang punggung keluarga.
d. Partikel pun
Fungsi
dan arti partikel pun:
1) Mengeraskan
atau member tekanan pada kata yang bersangkutan; dalam hal ini dapat
diartikan dengan juga:
Dia
pun mengetahui persoalan itu.
Kapal-kapal
yang besar pun dapat berlayar di sungai itu.
2) Dalam
penguatan atau pengerasan dapat terkandung arti atau
pengertian perlawanan:
Mengorbankan
nyawa sekalipun aku rela.
Betapa
pun ia berjuang mempertahankan hidupnya sia-sia belaka.
3) Gabungan
antara pun
+ lah dapat
mengandung aspek inkoatif:
Mereka
pun berjalanlah.
Hujan
pun turunlah dengan lebatnya.
Ia
pun duduklah di bawah pohon yang rindang itu.
L. Kata
Berimbuhan
Dalam
bahasa Indonesia imbuhan merupakan unsur yang penting
karena imbuhan dapat mengakibatkan perubahan jenis kata, bentuk kata,
dan makna kata.
Di
bawah ini terdapat beberapa penjelasan tentang imbuhan.
1. Jenis
afiks menurut tempatnya :
a. Awalan/perfiks
: meng,
ber, ter, ke, peng, per,
dan seterusnya
b. Akhiran
/ sufiks : -an,
-kan, -i
c. Sisipan/infiks
: -el,
-em, -r
d. Konfiks
: ke-an,
per-an, peng-an, dan
seterusnya
2. Jenis
afiks menurut penggunaannya :
a. Afiks
produktif : afiks yang memliki frekuensi pemakaian yang tinggi.
Contoh
: se-,
meng-, ber-, peng-, per-, dan
seterusnya
b. Afiks
ak produktif : afiks yang frekuensi pemakaiannya tidak tinggi
Contoh
: -em,
-el, -er, -wati, -is, -nda, dan
seterusnya
3. Afiks
asing / afiks serapan :
a. Akhiran
daari bahasa sansekerta :
-wan, -wati, -man
b. Akhiran
dari bahasa arab : -i,
-wi, -in, -at, -ah
c. Akhiran
dari bahasa barat : -isme,
-tas, -ika,-logi, -is(asi),dsb(kata
benda), -al,
-or, -if, -is, -dsb
(kata sifat)
4. Makna
imbuhan :
Makna
proses pengimbuhan /afiksasi snantiasa berhubungan dengan fungsi
sematik dari suatu bentuk kompleks. Hal ini bias ita lihat pada
contoh-contoh makna afiksasi paa beberapa imbuhan berikut
ini :
a. Meng-
Mempunyai
variasi makna sebagai berikut :
1) Membuat
: menggambar, menyambal
2) Mmenuju
ke : melaut, menepi
3) Memberi
: menomori, menandai
4) Mengeluarkan
:membuih, menyanyi
5) Berlaku
seperti : merajalela, membabi buta
b. Ber-
Mempunyai
variasi makna gramatikal :
1) Dalam
keadaan(statif) : berbahagia, bersedih
2) Kumpulan
: bertiga, berempat
3) Mempergunakan
: berbaju, bersepeda
4) Menjadi
: bertamu, berpisah
c. Ter-
Mempunyai
variasi makna gramatikal :
1) Superlative
( paling ) : tercantik, tertinngi
2) Tdak
sengaja :
tertidur, tertunduk
3) Dapat
di- :
tercium, tercapai
4) Hasil
tindakan :
tersebar, terpecah
5) Peng-
d. Mempunyai variasi
makna gramatikal :
1) Orang
yang di- :
petatar, pesuruh
2) Orang
yang bersifat : pemarah, pemalas
3) Alat :
pemukul, penggaris
4) Pelaku
tindakan :
pencopet, penjual
Keterangan :
makna gramatikal dari imbuhan yang lain dapat dicari/diterka dari
konteks kalimatnya.prinsipnya makna gramatikal muncul karena adanya
kaitan kata
5. Fungsi
afiks :
a. Prefiks
meng-, dan ber-, berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif
transitif dan intransitif.
b. Prefiks
ter- dan di- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif dan
pembentuk kata sifat.
c. Prefiks
ke-, berfungsi sebagai pembantuk kata bilangan tingkat dan pembentuk
kata bilangan kumpulan.
d. Konfiks
ke-an, berfungsi sebagai pembentuk kata benda, pembentuk
kata sifat, dan pembentuk kata kerja pasif.
M. Kata
Ulang
Kata
ulang yaitu kata dasar yang diulang. Dalam hal ini yang diulang bukan
morfem melainkan kata.kita bisa melihat contoh berikut :
sepeda-sepeda , berasal dari satu kata sepeda. Sebaliknya,
kata kupu-kupu bukanlah kata ulang karena dalam bahasa Indonesia tiak
dikenal kupu. Oleh karena itu, bentuk tersebut bukan merupakan kata
ulang.
1. Prinsip
pengulangan
a. Selalu
mempunyai dasar yang diulang
b. Proses
pengulangan tidak mengubah jenis(kelas) kata
c. Bentuk
dasarnya adalah kata yang lazim (umum) dipakai dalam tindak berbahasa
2. Macam-macam
kata ulang
a. Kata
ulang utuh / penuh
Contoh
: rumah-rumah, berasal dari kata dasar rumah
b. Kata
ulang berimbuhan
Contoh
: diinjak-injak, berasal dari kata dasar injak
c. Kata
ulang sebagian/parsial berimbuhan
Contoh
: Berpandang-pandangan, berasal dai kata dasar pandang
d. Kata
ulang dwi purwo
Contoh
: sesama,berasal dari kata dasar sama
e. Kata
ulang berubah bunyi
Contoh
: sayur-mayur, berasal dari kata dasar sayur
3. Fungsi
kata ulang
Pada
prinsipnya pengulangan tidak mengubah jenis kata. Artinya bila kaa
dasarnya kata benda akan tetap menjadi kata benda pada kata ulangnya,
demikian pula untuk jenis kata lainnya. Akan ttapi, ada sebagian
pengulangan yang mengubah jenis kata khususnya yang diubah menjadi
kata tugas, seperti kata bukan-bukan, sama-sama, serta-merta, dan
sebagainya.
4. Arti
kata ulang
a. Banyak
tak tentu
Contoh:
lembu-lembu
Lembu-lembuitu
berebut makanan
b. Bermacam-macam
Contoh
: sayur-sayuran
Sebaiknya
kita mulai menanam sayur-sayuran
c. Menyerupai
Contoh:
kuda-kudaan
Anak-anak
TK itu senang bemain kuda-kudaan
d. Melemahkan
Contoh
: kekanak-kanakan
Walau
sudah 20 tahun sifatny masih kekanak-kanakan
e. Menyatakan
intensitas
Ada
tiga bagian yaitu:
1) Kualitatif
: kuat-kuat
2) Kuantitatif
: rumah-rumah
3) Frekuentatif
: menggeleng-gelengkan
f. Menyatakan
saling (resiprokal)
Contoh
: salam-salaman
Mereka
salam-salaman saat lebaran
g. Menyatakan
arti seperti pada bentuk dasarnya
Contoh
: masak-masakan
Ibu
membuka kursus masak-masakan
h. Menyatakan
perbuatan yang seenaknya
Contoh
: duduk-duduk
Kami
duduk-duduk di serambi depan
i. Menyatakan
arti paling (superlative)
Contoh
: sebesar-besarnya
Buatlah
roti bolu sebesar-besarnya agar bias dicatat alam buku MURI.
j. Menyatakan
kumpulan
Contoh
: dua-dua
Sikakan
anda membungkus roti itu dua-dua
k. Menyatakan
walaupun
Contoh
: hujan-hujan
Hujan-hujan,
ia tetap dating.
l. Menyatakan
selalu
Contoh
: mereka-mereka
Mereka-mereka
yang datang terlambat
N. Kata
majemuk
Kata
majemuk adalah kata yang terbentuk dari dua kata yang berhubungan
secara padu dan hasil penggabungan itu menimbulkan makna baru.
1. Ciri-ciri
Kata
majemuk memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a. Gabungan
kata itu menimbulkn makna baru
b. Gabungan kata itu
tidk dapat dipisahkan
c. Gabungan
kata itu tidak dapat disisipi unsur lain
d. Tidak
dapat diganti salah satu unsurnya
e. Tidak
dapat dipertukarkan etak unsur-unsurnya
2. Sifat
a. Kata
majemuk eksosentris
Yaitu
kata majemuk yang antar unsurnya tidak saling menerangkan
Contoh
: laki bini, tua muda, tikar bantal, dan sebagainya
b. Kata
majemuk endosentris
Yaitu
kata majemuk yang salah satu unsunya menjadi inti sedang
unsur lain menerangkannya.
Contoh
: rumah sakit, panjang tangan, dan
sebagainya
Credit me on twitter/ig @stelldc xx
0 comments: